Melepas Bebas

Rahajeng Gunadi
3 min readMar 9, 2022

“Some of us think holding on makes us strong, but sometimes it is letting go.” — Herman Hesse

Tanpa melepaskan pijakannya, seekor capung tidak pernah tahu rasanya bebas terbang kemana saja. Tanpa melepaskan daun tuanya di musim gugur, para pohon tidak pernah tahu kalau mereka akan tumbuh lebih hijau di musim berikutnya.

Sepanjang 2021 aku menemukan pelajaran hidup baru. Kali ini adalah tentang melepas bebas. Dulu, setiap kali kudengar kata melepaskan, aku selalu teringat ketika kalah lomba tarik tambang saat 17 Agustus-an. Atau ketika mencoba mengikhlaskan hubungan yang lagi-lagi harus kandas. Dan juga tentang merelakan orang yang kita kenal untuk pergi selamanya.

Tidak jarang aku berdiskusi dengan teman-teman yang merasa kesulitan dengan hal ini. Bahkan, aku juga masih kerap kesulitan jika harus ‘melepas’ tanpa persiapan dan tanpa aba-aba. Kurasa beberapa pelajaran hidup memang pembelajarannya memerlukan waktu hingga seumur hidup. Namun tak apa-apa, meskipun sulit bukan berarti kita tidak bisa melakukannya.

Dualisme

Everything is dual (two) in the world: high-low, good-bad, hot-cold, question-answer. A seeker who has found the answers of his questions is still stuck in the duality or two-ness. He has still not experienced oneness which is beyond questions and answers — Shunya

Kadang kita lupa bahwa hidup ini dualisme. Dalam suatu keadaan, akan selalu ada kemungkinan yang berkebalikan dengan keadaan kita saat ini. Hampir semua yang ada pada kita, baik yang kita sandang dan semua yang kita pandang adalah fana. Akan selalu ada kemungkinan semuanya berubah dan berkebalikan.

Kita mungkin bisa gagal lalu berhasil, tetapi bisa juga berhasil lalu gagal. Kita mungkin jatuh cinta hari ini, tapi besok bisa jadi tidak. Kita bisa kalah tapi bisa juga menang. Semua ini dualisme.

Ketidaksiapan kita untuk menyebrang ke sisi kedua atau barangkali kita terlalu terlena dan mencintai keadaan kita saat ini adalah yang membuat kita sulit melepaskan.

Melepas, Membebas

Holding onto something that is good for you now, may be the very reason why you don’t have something better.”
― C. JoyBell C.

Nah bagaimana jika kita mengubah sudut pandangnya?. Jika ‘melepaskan’ terdengar lebih menakutkan, bagaimana jika kita pakai sinonim dari melepaskan yaitu ‘membebaskan’?.

Bermain tarik tambang dan mempertahankan hubungan kita dengan orang lain juga terlihat serupa. Ketika keadaan genting, kita akan saling tarik menarik dan tidak sadar kalau tangan kita sudah sakit. Kita terlalu fokus untuk tidak kalah, tidak menyerah, dan mempertahankan posisi sehingga menghiraukan kesakitan kita sendiri.

Namun bagaimana jika melepaskan berarti membebaskan kita dari rasa sakit?

Bagaimana jika melepaskan berarti memerdekakan orang lain dan diri kita untuk menjadi lebih baik?

Atau bagaimana jika dengan melepas bebas, secara tidak langsung kita telah melawan keraguan, ketakutan, juga kekhawatiran diri sendiri yang belum tentu nyata?

Menulis pun adalah salah satu caraku melepas bebas. Aku yakin setiap penulis dengan apapun tulisannya sedikit banyak menyisipkan dirinya dalam tulisan itu.

Mengenal dimana keadaan kita saat ini adalah hal yang penting sebelum kita memutuskan untuk melepas bebas. Karena bagaimanapun juga, hanya kita yang paling paham keadaan kita sekarang. Apakah keadaan ini stagnan dan menyakitkan atau ada potensi untuk berkembang. Hanya kita yang tahu kekuatan kita sendiri.

Kemudian persiapkan diri. Sadarilah perasaan diri kita, bertanyalah pada diri apa yang kita rasakan tanpa membantah. Akui jika kita sedih, jika kita sakit, jika kita berniat berkembang lebih baik. Karena keputusan apapun membutuhkan persiapan yang matang.

Lalu bersiaplah untuk menyebrang, jika memang butuh. Tidak semua keadaan mengharuskan kita untuk berpindah posisi. Namun dalam hal dualisme ini, keadaan bisa jadi berkebalikan. Jika memang diharuskan untuk melepas bebas/menyebrang ke keadaan lain, menyebrang juga butuh persiapan, melepas bebas pun sama. Kalau kita saja harus tengok kanan kiri jika menyebrang, maka lakukan hal yang sama untuk melepas bebas. Percayalah pada langkahmu dan pandanganmu.

Dan selamat, kamu berhasil melepas bebas. Kita selalu memiliki pilihan entah untuk bertahan atau melepaskan. Namun semua kembali kepada kita. Percayalah, akan selalu ada kesempatan baru yang menunggu kita pada setiap pilihan. Badai pasti berlalu, pelangi pasti datang, meskipun hujan pasti kembali. Ini siklus yang wajar kita hadapi.

Semangat kita :)

--

--

Rahajeng Gunadi

Author, writer, entrepreneur. Poetry ‘Peluk, Dekap, Rengkuh (2020)’