Akhirnya Pulang Setelah 8 Bulan Menghilang

Rahajeng Gunadi
3 min readNov 18, 2022

The best journey takes you home.

Pinterest

Sudah lama sekali rasanya aku tidak menulis disini. Rumahku, rumah bagi kata-kataku. Terakhir kali aku menulis disini adalah sekitar 8 bulan yang lalu. Bulan Maret, masih termasuk bulan-bulan kepala bagi tahun 2022. Kemudian disinilah aku, kembali setelah 8 bulan lamanya tidak pulang kepada kata. Padahal sebentar lagi sudah akhir tahun. Lalu selama ini aku kemana?

Lama menghilang bukan berarti aku tidak menulis. Tiap bulan sebetulnya aku menulis disini, tapi semua itu hanya tersimpan sebagai draft. Tidak terpublikasi. Kemudian aku terlalu naif jika mengatakan tidak ada waktu, mungkin sebaiknya kukatakan bahwa aku memang kurang berdedikasi untuk menulis dan sungguh aku meminta maaf untuk itu.

Namun satu yang pasti hari ini aku pulang ke kata-kata, utuh, bahkan membawa banyak pelajaran yang ingin sekali kubagikan. Sayang sekali banyak hal yang tidak bisa kubagikan kemarin-kemarin sementara waktu terus berlalu. Namun, tidak apa kita bisa mulai lagi semuanya dari awal.

Jadi, kamu apa kabar?

Semoga segala bahagia berpihak padamu, pada kita. Setidaknya untuk hari ini, minimal satu kali sebagai makhluk kita berhak menerima bahagia. Aku minta maaf terlebih untuk diri sendiri karena menghilang sekian lama. Aku ingin merayakannya dengan bercerita, membagikan alasan-alasan dan jutaan mengapa yang kupersingkat saja menjadi beberapa paragraf;

  1. Beberapa waktu diawal tahun adalah tahap penyesuaian perasaan buatku. Tahun lalu ada banyak kejadian yang membuat luka demi luka didalam diriku sulit untuk sembuh. Aku pikir menulis dapat menjadi obatnya, seperti yang selama ini kulakukan, dalam keadaan apapun tulisanku adalah sebuah jalanku untuk pulang. Namun dewasa mengajarkanku untuk berhati-hati terlebih soal perasaan dan diri sendiri.
  2. Cukup banyak yang ingin kubagi, namun aku pernah berjanji untuk menulis hanya soal jatuh cinta. Bagaimanapun apa yang kita tulis adalah apa yang akan diambil oleh orang lain, aku hanya menulis hal-hal baik agar orang lain dapat mengambil baiknya, padahal perasaanku sedang tidak baik-baik saja. Padahal pasti ada hikmah bagi setiap peristiwa dan aku tidak cukup lancang untuk membagikannya. Kali ini aku belajar, bahwa cerita baik akan menularkan kebaikan namun cerita tentang perasaan tidak baik akan memberi pelajaran setidaknya untuk diri sendiri.
  3. Sebagai penulis, ada beban begitu besar yang hanya ada di pikiranku. Aku tidak bicara tentang kebuntuan dalam menulis. Namun, aku hanya kawatir apa yang kubagikan hanya akan mendapat cemoohan. Sebagai penulis, tidak semua yang kutulis akan sempurna, tidak semua akan masuk ekspektasi orang-orang, tidak semua laku, bahkan tidak semua orang terdekatku akan membacanya. Alhasil aku berhenti menulis, aku terlalu pengecut untuk pulang kepada kata-kataku sendiri.

Sebagai sebuah pelajaran atas kesalahan ku dan menghilangnya aku. Selama delapan bulan ini aku banyak merefleksi alasan-alasanku untuk menulis bahkan untuk hidup. Kadang kita melupakan alasan-alasan itu. Sebagai penulis, inilah hidupku dan jika tidak menulis bagaimana bisa disebut sebagai penulis?.

Aku pencerita, aku pembaca, selamanya — sampai Tuhan tidak memampukan jemariku bergerak — inilah tujuanku untuk hidup, inilah ikigai ku. Untuk itu, aku berusaha untuk mengesampingkan kesempurnaan, dedikasi, bahkan tema apa yang harus aku tulis. Jika semua tidak sempurna, tidak apa-apa, jika dicemooh tidak apa-apa, jika lelah, tidak apa-apa, bahkan jika tidak banyak yang membaca tidak apa-apa.

Aku percaya, tulisan yang bermanfaat akan mencari jodohnya sendiri. Ini adalah sebuah jalan untuk orang lain yang membutuhkan informasi. Tuhan itu adil, hal yang bermanfaat sekecil apapun itu akan menemukan manfaat pada orang yang tepat. Entah perspektif apa yang pembaca ambil, entah sedikit atau sebanyak apapun yang pembaca ambil. Tidak apa-apa, tugasku hanya menulis dan berusaha, sisanya silahkan kamu nikmati sebisanya.

Terimakasih untuk kamu yang masih membaca tulisanku. Doakan aku, agar tercipta prestasi lain, kangen juga menulis buku lagi, atau harus kubuatkan podcast? :D

--

--

Rahajeng Gunadi

Author, writer, entrepreneur. Poetry ‘Peluk, Dekap, Rengkuh (2020)’